Upgrading Guru & Karyawan

Sabtu, 14 Juli 2018 Sekolah Teladan Yogyakarta mengadakan upgrading untuk para guru dan karyawan. Sebagai penguatan sumber daya manusia guru dan karyawan dengan tujuan menjalin ukhuwah, membangun uswah, dan mewujudkan profesionalisme kerja sekolah. Kegiatan upgrading berlangsung di Hall Sekolah Teladan yang dilaksanakan pada pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Bunda Arifah, selaku MC membuka kegiatan upgrading dan diawali dengan pembacaan Qiro’ah oleh Bunda Muti. Sebelum masuk ke materi, terlebih dahulu Bunda Rahma Yunaini, S.Pd selaku PSDM Sekolah Teladan Yogyakarta memberikan kata pengantar kepada seluruh peserta, baik guru dan karyawan yang hadir. Kemudian barulah sampai pada inti kegiatan upgrading.

Penguatan sumber daya manusia guru dan karyawan menghadirkan tiga pemateri. Bapak Arif Nugroho, MT., selaku Ketua Yayasan Sinai Indonesia. Bunda Nur Hilawah, S.Pd selaku Direktur Yayasan Sinai Indonesia. Dan Bapak Hendro Kusumo Eko Moro, M.Sc selaku Training Facilitator.

Keteladanan oleh Bapak Arif Nugroho, MT.

Sebagai pemateri pertama, Bapak Arif Nugroho, MT., menyampaikan materi tentang “Keteladan”. Sebelum masuk ke materi, beliau mengajak bermain para peserta upgrading. Jenis permainan yang dipilih adalah “Aturan Seribu”. Setiap peserta diminta untuk mengeluarkan uang, boleh selembar uang kertas maupun sekeping uang koin. Kemudian diikatkan pada sebuah tali rafia berwarna hijau dan dikalungkan ke leher. Aturan yang dipilih adalah selama kegiatan upgrading berlangsung, semua yang hadir tidak diperkenankan untuk mengucapkan kata “belum”. Jika salah satu pemateri maupun peserta ada yang tidak sengaja menyebutkan kata tersebut, maka uang miliknya harus diserahkan kepada orang terdekat dan menjadi hak milik orang tersebut. Permainan ini cukup seru dilakukan karena melatih fokus dan berhati-hati dalam berbicara.

Bapak Arif menjelaskan berbagai hal yang terkandung dalam budaya “Teladan”. Ada 5 nilai budaya dan perilaku yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh guru dan karyawan Sekolah Teladan. Antara lain kejujuran, integritas, profesionalisme, fokus, dan istimewa. Dalam setiap nilai budaya dan perilaku memiliki poin terpenting yang harus ditanamkan para pendidik di lingkungan sekolah. Kejujuran mengacu pada character building dan menjelaskan bahwa baik guru maupun karyawan terlibat dalam mendidik siswa-siswa di sekolah. Integritas mengacu pada komitmen dan kedisiplinan para pendidik di lingkungan sekolah. Profesionalisme mengacu pada kreativitas dan berani mengambil keputusan. Fokus mengacu pada sikap pendidik yang harus proaktif. Serta istimewa yang mengacu pada kepedulian terhadap lingkungan sekolah.

Customer Excellent Service oleh Bunda Nur Hilawah, S.Pd

Sebagai pemateri kedua, Bunda Nur Hilawah, S.Pd menyampaikan materi tentang Customer Excellent Service. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan menjadi acuan terpenting. Siapa yang bertugas dalam memberikan Customer Excellent Service atau CES? Tentu saja guru dan karyawan, semua terlibat dalam memberikan pelayanan terbaik kepada wali siswa dan siswa itu sendiri. Karena wali siswa dan siswa adalah “pelanggan” di sekolah.  Beberapa waktu lalu, beliau pernah mengikuti kegiatan“Teaching Respect for All” yang diselenggarakan oleh UNESCO. Saat itu Bunda Hil, begitu sapaan akrab pemangku jabatan Direktur Yayasan Sinai Indonesia, memiliki kesempatan untuk mengunjungi beberapa sekolah yang ada di Indonesia. Ternyata ada perbedaan pelayanan yang dijumpai oleh beliau. Fakta di lapangan, ada sekolah yang memiliki gedung bagus dan kurikulum pendidikan yang tidak perlu diragukan lagi. Namun, sayangnya dari segi pelayanan terbilang kurang. Ada pula sekolah yang baik gedung, kurikulum pendidikan, maupun pelayanannya sama-sama baik. Ternyata masih banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk memperoleh penghargaan, namun masih pelayanannya masih belum maksimal.

Para peserta upgrading terlihat khusyu’ menyimak setiap materi yang dibawakan. Di sesi kedua, materi yang disampaikan dijeda terlebih dahulu untuk sholat Dzhuhur berjama’ah di Masjid Al Uswah dan makan siang. Setelah selesai makan siang, sesi kedua pun dilanjutkan.

CES sangat mempengaruhi pilihan pelanggan. Sehingga “First Impression” menjadi penentu. Dalam kaitannya dengan CES, semua civitas Sekolah Teladan Yogyakarta wajib terlibat. Menanamkan sikap “3S (Senyum, Sapa, Salam)” menjadi wajib untuk mencapai tujuan CES.  Nilai yang perlu dipahami lainnya adalah bahwa setiap guru dan karyawan diharapkan untuk tidak sekadar mengikuti job desk atau SOP yang telah diberlakukan. Artinya, setiap civitas Sekolah Teladan harus mampu memberikan pelayanan terbaik yang lebih dari itu. Sebab yang harus dihindari adalah  memberikan “zero service” terhadap wali siswa. Para peserta upgrading ditekankan untuk tidak boleh membeda-bedakan bentuk pelayanan terhadap siswa maupun wali siswa. Mereka harus sama-sama menerima CES agar percaya terhadap pendidikan yang diberikan oleh Sekolah Teladan Yogyakarta.

Loyalitas, Keikhlasan, Teamwork oleh Bapak Hendro Kusumo Eko Moro, M.Sc

Sebagai pemateri ketiga, Bapak Hendro Kusumo Eko Moro, M.Sc menyampaikan tentang “Loyalitas, Keikhlasan, Teamwork. Sebagai seorang Training Facilitator, Bapak Moro mengajak peserta upgrading untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap pelanggan. Materi ketiga ini berkaitan langsung dengan materi kedua yang dibawakan sebelumnya oleh Bunda Hil, mengenai CES. Dalam hal ini lebih ditekankan dampak ketika sekolah tidak mampu memberikan pelayanan terbaik (excellent service). Sebelum menjelaskan lebih jauh, Bapak Moro mengajak para peserta upgrading dalam permainan yang memerlukan kerjasama tim. Ada dua kelompok yang masing-masing terdiri dari enam peserta. Setiap kelompok memperoleh dua buah botol plastik kosong air mineral volume 1,5 ml yang telah dilubangi dibeberapa bagian. Kemudian aturan permainannya adalah mengisi sebuah botol plastik tersebut dengan botol plastik yang sama-sama berlubang. Batas pengisiannya adalah mencapai bagian atas label air mineral. Dari dua kelompok tersebut terlihat memiliki strategi yang berbeda untuk dapat mengisi botol plastik dengan air. Apa pelajaran yang dapat diambil dari permainan tersebut? Beliau menjelaskan bahwa ada banyak wali siswa yang datang ke sekolah untuk observasi. Cara tersebut mereka lakukan untuk memastikan apakah anak mereka akan dimasukkan di sekolah tersebut atau tidak. Dan pada akhirnya, dari sekian banyak siswa yang mendaftar ke sebuah sekolah, maka banyak pula yang tidak jadi mendaftar. Namun, tetap ada pula yang masuk menjadi siswa di sekolah tersebut. Artinya, bahwa sekolah harus mampu memberikan pelayanan terbaik. Tujuannya adalah agar wali siswa percaya penuh untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah yang telah dipilih.

Menginjak waktu sholat Ashar, kegiatan upgrading dijeda dengan melaksanakan sholat Ashar berjama’ah di Masjid Al Uswah dan dilanjutkan sebentar coffee break. Baru dilanjutkan kembali ke sesi ketiga.

Bapak Moro melanjutkan dengan menanamkan nilai kepada para peserta upgrading bahwa “perlu waktu sebulan untuk menemukan pelanggan dan hanya dalam hitungan detik untuk kehilangan satu pelanggan”. Dan “jika terdapat 1 pelayanan yang gagal, maka harus diganti dengan 12 pelayanan positif”. Ada 3 kelompok pelayanan yang perlu diperhatikan menurut Gonroos, 1990. Pertama, Core Service terkait dengan pendidikan di sekolah. Kedua, Facilitating Service terkait dengan ekstrakurikuler di sekolah. Dan ketiga, Supporting Service terkait bimbingan belajar tambahan.

Sehingga pelayanan terbaik harus dilakukan civitas Sekolah Teladan Yogyakarta kepada siswa/wali siswa sebagai “outer” dan kepada guru/karyawan sebagai “inner”. Dengan pelayanan yang tidak sebatas excellent service, namun mampu mencapai outstanding.

Sampailah pada akhir acara, Bunda Arifah menutup kegiatan upgrading guru dan karyawan Sekolah Teladan Yogyakarta. Semoga ketiga materi yang disampaikan dapat menjadi bekal yang bermanfaat untuk para peserta yang mengikuti upgrading hingga pukul 16.00 WIB. Barakallahu fiikum.